Aku tersenyum.
Memandang nanar pada sebuah bingkai yang isinya
selalu kamu.
Memancarkan mata penuh harap agar kamu melakukan
apa yang otakku inginkan.
Menunggu tanpa henti hingga kata cinta terucap
indah dari bibirmu.
Khayalanku terlempar untuk kesekian kalinya.
Terlihat dengan jelas bahwa aku sedang duduk,
sendiri.
Tak perlu kuberitahupun, kau pasti sudah tahu
bahwa aku sedang menunggumu.
Terlihat dengan jelas bahwa kamu sedang duduk,
berdua.
Bersama dia, yang bukan diriku.
Bersama cintanya, yang tak setangguh cintaku.
Janganlah khawatir, aku takkan menangis.
Bukankah aku tercipta untuk selalu menunggumu dan
bukan menangisimu?
Bukankah hatiku tercipta untuk selalu mencintaimu
dan akan tetap melakukannya walau engkau selalu mengabaikan?
Bukankah rasaku tercipta untuk selalu mengagumimu
dan akan terus bertambah meski kau tak pernah mengingatku?
Bukankah doaku terpanjat untuk selalu merapalkan
namamu dan takkan pernah berubah walau kau tidak mengetahui namaku?
Inikah indahnya cinta?
Ketika lengkung senyuman telah basah oleh air
mata?
Inikah indahnya cinta?
Ketika sebuah rasa hanya bisa terdiam bisu dan
menumpuk rindu?
Tiga hal yang harus kau ingat.
Tentang aku yang setia mengharap percikan cintamu.
Tentang aku yang terlalu bodoh untuk tak henti
mencintaimu.
Dan tentang aku yang memusatkan namamu sebagai
arti dari kata bahagia.
Namun ada hal yang harus selalu kau ingat.
Hanya satu.
Jangan balas rasaku.
0 komentar:
Posting Komentar