Rabu, 14 November 2012

Bila Cintaku Takkan Mati

Diposting oleh OCS di 22.02

‘Cause you’re amazing. Just the way you are..’
Dering telepon genggam cukup menjadi alarm dadakan yang sempurna. Aku berjalan malas menuju meja kecil di arah jam dua belas, sumber dering teleponku. Nokia C2-01 yang casingnya sudah berkarat masih belum menghentikan deringnya. Bola mataku saling melempar malas untuk membaca panggilan masuk. Lima detik kemudian aku terbelalak.
‘Veronica!’ tanganku langsung mendapat tugas untuk mengucak mata. Aku membacanya ulang, berkali-kali, bahkan mengeja hurufnya. Jantungku berdebar sangat cepat seperti pengendara bajaj yang sedang mengikuti balapan F1. Ini diluar dugaan, rekor MURI, catat tanggal, liat primbon, beragam imajinasi bodoh mulai beradu kata dipikiranku. Aku kembali tersadar dengan tamparan empuk yang terdampar dipipi kananku, tamparan dariku tentunya.

‘Ah! Apa saja yang sedang kupikirkan? Telat mengangkat satu detik saja adalah dosa bagiku.’ Aku menghela nafas panjang. Ingin rasanya mengambil permen mint agar suaraku terdengar tampan dan nafas bau ilerku tak tercium diseberang sana. Detik ini juga aku ingin membenarkan semua peribahasa yang mengatakan ‘Orang yang paling bodoh sedunia adalah orang yang sedang jatuh cinta.’ Aku mengenggam yakin telepon genggamku. Aku masih menyimpan ragu. Keluarlah sebuah ide bodoh untuk membuat percakapanku ditelepon terdengar romantis. Aku melihat sekeliling untuk melacak keberadaan radio kecil peninggalan nenek.
‘Ketemu!’ aku langsung memainkan lagu romantis melalui kaset dilanjutkan dengan menarik nafas dan menghembuskannya dengan cepat. Ibu jariku gemetar untuk menekan tombol jawab panggilan.

‘Halo.’ Ah bodohnya aku! Memangnya dia sedang bertelepon dengan Bapak Presiden? Mengapa aku begitu kaku? Aku mencaci diri dalam hati.
‘Reza, aku punya kabar bagus.’ Suara Veronica terdengar begitu lembut. Aku tersenyum bodoh dan membayangkan bahwa Veronica sedang memakai sayap. Mungkin telepon genggamku sedang jatuh cinta juga padanya.
‘Ohya? Apa itu?’ aku kembali mencaci diri. Suaraku terdengar tidak jantan, cenderung gemulai.
‘Semalam aku jadian. Dengan Rino, sahabatmu.’
Hening. Kakiku lemas. Hanya butuh tiga detik bagiku untuk menghempaskan telepon genggam. Aku menerawang jauh. Pipiku basah.
Radio kecilku masih bersuara,
‘Meski kau terus sakiti aku. Cinta ini akan selalu memaafkan. Dan aku percaya nanti engkau, mengerti bila cintaku takkan mati..’

0 komentar:

Posting Komentar

 

OCS Template by Ipietoon Blogger Template | Design by Octoviana Carolina Sitorus