Sabtu, 24 November 2012

Tak Ada Lagi Kita

Diposting oleh OCS di 21.09


Ada yang aneh saat aku melihat namamu di sudut kamarku. Aku meniup debu yang sudah lama menutupi nama indahmu. Terlihat usang oleh goresan tinta merah muda yang membentuk gambar hati. Namamu ada di dalam gambar itu. Terlihat manis, sekilas. Sebelum aku sadar bahwa kita sudah lama tak saling bertukar rasa.

Aku terus memperhatikan huruf demi huruf yang membentuk sebuah nama. Nama yang dahulu menjadi pusat perhatian dari segala jenis waktu yang aku punya. Aku takkan menuliskan namamu disini. Cukup hatiku saja yang selalu kau penuhi.

November. Bulan kelahiranmu. Hari jadimu memang bukan hari ini. Sudah terlewat cukup jauh untuk hitungan jam. Aku tak mengucapkan apapun, karna aku tau, kau takkan pernah memperdulikan ucapanku. Aku hanya berdoa, memejamkan mata dan menghembuskan rasa perih saat ingatan wajahmu mulai menjamah otakku.

Aku sampai lupa kapan terakhir kita berjumpa. Apakah itu sudah cukup membuktikan betapa aku ingin segera lupa akan dirimu? Tidak tentunya. Hatiku bagai sebuah gurun pasir, dan kamulah oasisnya. Kamulah detak kehidupan, yang tak ingin lagi kuingat.

Pertemuan pertama selalu menimbulkan kesan bodoh. Mungkin kalimat tadi hanya pantas terlempar untukku. Aku berjalan, mencoba mengajakmu berbicara. Sementara kamu berjalan, lebih cepat, dan membelokkan arah saat mulai menjawab semua pertanyaan tidak pentingku. Aku menghentikan langkah. Melihat punggungmu yang mulai hilang dari pandangan mata. Senyum getirku melengkung.

Aku masih belum menyerah. Mengajakmu berbicara dilain hari, membincangkan hal yang selalu saja kau anggap idiot, dan menertawai hal yang tak pernah kau tertawakan. Aku sadar kita berbeda. Tatapan dinginmu cukup menjelaskan semuanya.

Aku masih saja belum menyerah. Bertahan tidak tidur demi menunggu detik hari jadimu. Mengucapkan dengan ragu karna takut ada orang lain yang kau harapkan untuk mengucapkan pertama kali. Aku takut, kubatalkan niatku. Aku mengucapkannya di pagi hari dan mendapati kau tidak membalasnya hingga larut malam.

Oktober. Bulan kelahiranku. Saat itu aku masih tergila dengan sosokmu. Aku menunggumu, tengah malam itu, menanti namamu hinggap pertama di kotak masukku. Malamnya aku tersadar, kau sama sekali tidak mengingatnya. Dengan bodohnya aku menunggu hari berikutnya, hatiku memberi belaan kepada dirimu takut saja kemarinnya kau sibuk. Tetapi semua nihil. Sudah lima tahun aku menunggumu, dalam setiap Oktober yang kunanti, tapi kamu tak pernah mengucapkannya sama sekali.

Selamat tinggal kepahitan. Aku tak sedang merasakan yang manis, karna waktu yang akan menunjukannya padaku. Selamat tinggal kamu, kita yang tak pernah ada, kita yang hanya barisan mimpi.

0 komentar:

Posting Komentar

 

OCS Template by Ipietoon Blogger Template | Design by Octoviana Carolina Sitorus