‘Sekarang
kita buat perjanjian!’
‘Apa?
Tidak saling bertemu lagi?’ jemari Kezia melepas perlahan genggaman Chandra. Rasa
kecewa terpancar jelas dari rona matanya. Chandra tidak tinggal diam.
‘Tidak!
Enak saja!’ tak sedikitpun ragu terucap dari bibir Chandra. Ia menggenggam
tangan Kezia lebih erat dan mereka saling tersenyum. Iya, saling tersenyum. Hanya
itu yang mereka lakukan dibawah genting kecil ruko selama tiga menit.
‘Lantas,
perjanjian apa?’ senyum manis Kezia masih merekah sempurna. Ia menanti jawaban
Chandra dengan memperhatikan setiap lekuk wajahnya. Chandra masih tersenyum,
namun kini lebih lebar.
‘Begini,
kalau kamu bisa menampung semua air hujan yang turun ke bumi, kamu boleh
menemui Alex. Sebaliknya, jika kamu gagal, maka akulah satu-satunya orang yang
boleh kamu peluk. Bagaimana?’
Hati
Kezia bagai menaiki sebuah trampoline.
Melambung tinggi dan mendarat sempurna di dasar hati Chandra. Satu menitpun
masih tersisa bagi Kezia untuk langsung mendekap Chandra tanpa berhenti
tersenyum.
‘Erat
banget pelukannya. Aku sesak nafas nih.’ Chandra tertawa kecil.
‘Hahaha
terserah aku lah. Kan perjanjiannya gitu.’ Kezia mempererat pelukannya.
‘Lucu
ya. Bulan lalu kita putus, tapi sekarang sudah mesra lagi. Alex kamu kemanain,
Kez?’ Rambut halus Kezia masih terusap lembut jemari Chandra.
‘Wah
Alex langsung telepon. Kok bisa kebetulan gini ya?’ Kezia menekan tombol jawab
di ponselnya. Pandangannya melempar jauh ke jalan raya, tak berani menatap
Chandra.
‘Kamu
dimana sayang? Aku di rumah kamu loh. Tapi kata ibu, kamu lagi pergi.’ Alex terdengar
khawatir. ‘Diluar hujan deras. Kamu lagi berteduh? Aku jemput kamu sekarang ya.’
Alex menuruni tangga menuju bagasi. Hanya butuh tiga menit bagi Alex untuk
duduk manis di Mercedes-Benz
E250
Coupe miliknya.
‘Tunggu,
jangan dulu. Aku pulang sendiri aja. Gakpapa kok.’ Kezia mulai terbata. Chandra
memeluk Kezia dari belakang. Entah untuk menenangkan atau tak ingin Kezia
pergi.
‘Gakpapa
gimana? Aku udah di mobil. Sekarang kamu dimana? Kampus?’ Alex keluar bagasi
dan menyetir perlahan.
‘Aku
dekat dari rumah kok. Udah gakpapa. Aku pulang sendiri aja ya.’ Kezia menggenggam
erat lengan Chandra. Mereka berhadapan dan saling memeluk.
‘Kalau
memang sudah dekat, kamu lagi dimana?’ Alex masih menyetir perlahan.
‘Bakso
depan ruko. Iya, bakso depan ruko.’ Chandra melepas pelukan. Kezia salah
tingkah. Tatapan Chandra menggambarkan rasa aneh karena Kezia malah memberitahu
yang sebenarnya. Dengan sigap Chandra menuju Vespa kesayangannya dan menyetir
dengan cepat. Mata Kezia berair.
‘Chandra!
Jangan pergi dulu. Chandra! Aku mau jelasin hubungan kita ke Alex. Chandra!!!’
Kezia berlari mengejar Chandra yang tak sedikitpun menoleh ke belakang. Kezia berhenti.
Ia menangis. Tak bisa ia bayangkan kalau Chandra akan sangat membencinya.
‘Sayang..’
Kezia menoleh ke belakang.
Terlihat
seorang lelaki berpayung hijau. Alex.
0 komentar:
Posting Komentar