Selasa, 18 Desember 2012

Satu Jengkal Dinosaurus

Diposting oleh OCS di 17.31

“Kiri bang,” aku memberhentikan angkutan umum. Peluhku balapan menetes mengaliri tubuh. Ah.. sudah biasa.

Aku berjalan cepat dari gang menuju rumah. Rindu sekali rasanya melihat kasur yang terpojok dan tak berdaya itu. Aku mempercepat langkah, semakin cepat, namun tak sampai loncat dari pohon ke pohon seperti film Twilight.

Dalam perjalanan dari gang ke rumah, banyak sekali yang sudah aku lewati. Ada seorang tukang pecel yang sedang bertelepon dengan loudspeaker dan membicarakan gosip Musdalifah, ada lagi dua anak kecil berkaus kutang dan berlarian entah mengejar apa. Mungkin mereka sedang berebutan Snack Susu Realgood yang begitu nikmat jika dikenyot.

Ada lagi seorang lelaki yang berjalan dengan menunduk dan... eits! Aku mengenalnya! Langkahku terhenti, mulai mendetilkan wajahnya dari jauh. Wajah itu tak asing. Aku memutar mesin ingatan di otakku. Ah iya.. dia pujaanku. Dulu, saat aku masih berseragam merah putih.

Hahaha dia bukanlah cinta pertamaku. Saat aku mengaguminya dulu, tak ada sepatah kata cinta yang terucap. Mungkin dia cinta ke-nol-ku. Cinta yang ada saat kita belum mengerti apapun tentang cinta. Aku masih menikmati wajahnya. Dia berdiri di dekat tiang listrik. Harusnya ada lagu romantis yang terputar saat ini. Tapi apadaya, tukang tape dengan lagu dangdutnya terlalu tega merusak suasana.

Aku kembali mengamati sosoknya. Terlihat lebih tampan, batinku. Aku sempat berkhayal bahwa dia akan menghampiriku dan beberapa penari latar mengikutinya dari belakang. Lalu dia menyerahkan bunga dan kita memutari pohon bersama. HAHAHA! Dia masih sibuk dengan ponselnya. Kupikir dia sedang menunggu teman. Langkahku mendekat. Kini aku hanya berjarak satu jengkal dinosaurus darinya. Aku menunggu lima detik, dia masih terdiam. Aku menunggu lima menit, dia masih juga terdiam. Aku menunggu lima windu... eh, lima windu itu berapa tahun ya? Aku membuyarkan lamunan. Lagi.

Aku mulai cemberut melihat dia tak bereaksi. Haruskah aku memutar-mutar di depannya dan bernyanyi “Telepon aku.. tujuh dua tujuh enam kali..”
Tapi tunggu, hey dia bergerak! Dia melangkah menuju warung. Membeli sesuatu dan pergi membelok. Aku mengamati punggungnya lamat-lamat. Mungkin dia sudah lupa padaku. Mungkin dia sudah lupa pada wanita yang telah menumpahkan mi sakura ke bajunya di kantin SD. Mungkin juga dia lupa tentang seorang wanita yang setiap bel pulang sekolah berdiri di samping kelasnya hanya untuk melihatnya tertawa secara diam-diam. Biarlah..

Layaknya teh manis yang hanya nikmat jika diminum selagi hangat, maka indahnya mengagumi adalah saat kita masih saling mereka-reka satu sama lain.

0 komentar:

Posting Komentar

 

OCS Template by Ipietoon Blogger Template | Design by Octoviana Carolina Sitorus